Kesehatan

Cara Membedakan Flu Biasa dan DBD pada Anak

1. Mengapa Penting Membedakan Flu Biasa dan DBD pada Anak

Banyak orang tua sering menganggap demam pada anak hanyalah flu biasa. Namun, DBD atau demam berdarah juga bisa di awali dengan gejala yang mirip. Inilah sebabnya, mengenali perbedaan flu dan DBD pada anak menjadi sangat penting. Bila terlambat menyadari bahwa anak mengalami DBD, risiko komplikasi bisa meningkat.

Flu biasa umumnya ringan dan dapat pulih dalam beberapa hari dengan istirahat cukup. Sebaliknya, DBD berpotensi menyebabkan perdarahan internal hingga kematian jika tidak di tangani dengan tepat. Oleh karena itu, deteksi dini sangat krusial dalam menentukan langkah selanjutnya perbedaan flu dan DBD pada anak.

Di Indonesia, kasus DBD meningkat saat musim hujan. Sementara itu, flu bisa menyerang kapan saja, terutama ketika daya tahan tubuh anak sedang menurun. Mengetahui cara membedakannya akan membantu orang tua bertindak cepat dan bijak.

Saat anak demam, jangan panik, tetapi juga jangan lengah. Perhatikan durasi demam, gejala yang menyertainya, dan perubahan perilaku anak. Jika gejala tidak biasa muncul, segera konsultasikan dengan tenaga medis. Memahami perbedaan keduanya bisa menyelamatkan nyawa anak.

Melalui artikel ini, kita akan membahas tanda-tanda khas dari masing-masing penyakit. Dengan begitu, orang tua tidak hanya mengandalkan tebakan atau pengalaman sebelumnya. Pengetahuan yang tepat bisa menjadi pertahanan utama bagi kesehatan anak.


2. Gejala Flu Biasa pada Anak yang Perlu Dikenali

Flu biasa atau influenza merupakan infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan. Pada anak-anak, gejalanya bisa sangat jelas dan biasanya mulai muncul secara bertahap. Umumnya, flu di tandai dengan demam ringan hingga sedang, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.

Selain itu, anak mungkin akan merasa lemas, rewel, dan kehilangan nafsu makan. Sering kali, hidung tersumbat atau meler menjadi tanda pertama yang muncul. Beberapa anak juga mengalami bersin-bersin dan mata berair sebagai reaksi dari iritasi virus.

Flu biasanya tidak menimbulkan bercak merah atau tanda perdarahan. Inilah salah satu ciri pembeda utama dengan DBD. Meskipun suhu tubuh anak bisa tinggi, gejalanya akan membaik dalam 3–5 hari tanpa komplikasi serius.

Tanda lain yang sering terlihat adalah batuk kering. Meski kadang membuat tidak nyaman, batuk ini bagian dari proses pemulihan. Tubuh sedang mencoba mengeluarkan virus yang menginfeksi saluran pernapasan atas.

Biasanya, anak yang terkena flu masih bisa aktif meski terlihat lemas. Jika di beri makanan hangat, cukup istirahat, dan cairan yang cukup, kondisi mereka akan cepat membaik. Obat flu anak yang di jual bebas bisa membantu meredakan gejala.

Namun, jika demam lebih dari tiga hari atau anak tampak kesulitan bernapas, pemeriksaan lebih lanjut sangat di sarankan. Walau termasuk ringan, flu tetap perlu di awasi agar tidak berkembang menjadi infeksi sekunder seperti radang paru-paru.


3. Ciri-Ciri DBD pada Anak yang Sering Tidak Disadari

Berbeda dari flu biasa, DBD di sebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala awal DBD bisa menyerupai flu, sehingga sering tertukar. Namun, ada beberapa tanda khas yang perlu di waspadai orang tua.

Demam tinggi mendadak adalah gejala utama DBD. Suhu tubuh anak bisa mencapai 39–41°C dan tidak menurun meskipun sudah di beri obat penurun panas. Tidak seperti flu, demam DBD cenderung berlangsung terus-menerus tanpa di sertai pilek atau batuk.

Selain demam, anak biasanya mengalami nyeri kepala hebat, nyeri di belakang mata, serta pegal-pegal atau nyeri otot dan sendi. Rasa sakit ini sering membuat anak lebih lemas dari biasanya. Bahkan, ada anak yang tidak mau bangun dari tempat tidur.

Pada hari ke-3 atau ke-4, biasanya muncul bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan. Bintik ini adalah tanda perdarahan di bawah kulit. Ini menjadi pembeda paling penting antara DBD dan flu biasa.

Gejala lain yang perlu diwaspadai perbedaan flu dan DBD pada anak adalah mimisan, gusi berdarah, muntah terus-menerus, dan perut kembung atau nyeri. Jika anak mengalami hal tersebut, sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit. DBD bisa menyebabkan kebocoran plasma yang berbahaya bila tidak segera ditangani.

Orang tua juga harus memperhatikan warna urin dan frekuensi buang air kecil anak. DBD bisa menyebabkan dehidrasi parah dan menurunnya volume urin. Bila tidak segera ditangani, komplikasi seperti syok dengue bisa mengancam jiwa.


4. Perbedaan Mendasar antara Flu Biasa dan DBD pada Anak

Membedakan flu dan DBD memang tidak mudah di awal. Namun, ada sejumlah indikator yang dapat membantu orang tua mengenalinya sejak dini. Flu biasanya diawali dengan pilek dan batuk, sedangkan DBD sering datang dengan demam tinggi mendadak tanpa gejala pernapasan.

Flu memiliki pola demam yang naik turun, dan biasanya mereda dalam waktu tiga hari. Sebaliknya, demam DBD justru meningkat tajam selama beberapa hari, lalu turun secara tiba-tiba yang bisa menandakan fase kritis.

Gejala pilek, batuk, dan bersin merupakan tanda umum flu biasa. Sementara itu, DBD hampir tidak pernah menunjukkan gejala tersebut. Jika anak tidak pilek namun demam tinggi dan mengeluh sakit kepala, perlu dicurigai DBD.

Flu sangat jarang menyebabkan bintik merah pada kulit. Bila muncul ruam, biasanya hanya iritasi ringan karena alergi atau infeksi ringan. Namun, DBD bisa memunculkan bintik merah yang khas, dan ini sering muncul di lengan, kaki, atau punggung.

Tingkat aktivitas anak juga bisa menjadi indikator. Anak flu mungkin tetap mau bermain meski terlihat lesu. Anak yang terkena DBD biasanya sangat lemah, tidak nafsu makan, dan tampak lebih sensitif terhadap cahaya.

Transisi dari gejala ringan ke gejala berat dalam DBD juga lebih cepat dibanding flu. Maka dari itu, pemantauan ketat selama 72 jam pertama sangat penting. Jangan menunggu munculnya bercak merah untuk mencari pertolongan medis.

Baca juga : Penyebab Nyeri Payudara yang Bukan Kanker, Jangan Panik Dulu!


5. Kapan Harus ke Dokter dan Cara Penanganan Awal di Rumah

Segera konsultasikan ke dokter bila anak mengalami demam tinggi selama lebih dari dua hari, terutama jika tanpa disertai pilek atau batuk. Ini bisa menjadi petunjuk bahwa demam tersebut bukan flu biasa. Pemeriksaan darah akan sangat membantu untuk memastikan diagnosis DBD.

Sambil menunggu diagnosis pasti, ada langkah-langkah penanganan awal yang bisa dilakukan di rumah. Pastikan anak cukup istirahat dan minum air putih dalam jumlah banyak. Dehidrasi dapat memperparah gejala, terutama pada DBD.

Jangan asal memberi obat penurun panas. Hindari aspirin dan ibuprofen jika belum yakin apakah itu DBD atau bukan, karena bisa meningkatkan risiko perdarahan. Paracetamol lebih aman digunakan sambil menunggu hasil pemeriksaan dokter.

Amati perilaku anak secara berkala. Bila anak mulai mengeluh sakit perut hebat, muntah terus-menerus, tampak linglung, atau mulai keluar darah dari hidung dan gusi, segera bawa ke rumah sakit. Ini bisa menjadi tanda awal fase kritis DBD.

Selain itu, jaga kebersihan lingkungan rumah agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD. Bersihkan genangan air dan gunakan kelambu atau lotion anti-nyamuk terutama saat anak tidur.

Pemahaman orang tua sangat berperan dalam menentukan cepat lambatnya penanganan. Jangan ragu bertanya ke tenaga medis jika ada gejala yang tidak biasa. Penanganan dini bisa mencegah kondisi yang lebih serius.